Pep Guardiola mengungkapkan keyakinannya bahwa klub-klub top Spanyol seperti Barcelona dan Real Madrid tidak akan memberinya toleransi di situasi di Manchester City. GOAL IN TRAVEL, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Pernyataan ini disampaikan menyusul musim terburuknya bersama The Citizens sejak bergabung pada 2016, di mana City hanya finis ketiga di Liga Premier dan tersingkir lebih awal dari tiga kompetisi.
Guardiola menegaskan bahwa di Spanyol, seorang pelatih akan langsung dipecat jika mengalami hasil buruk seperti yang dialaminya musim ini. “Jika ini terjadi di Barcelona atau Madrid, saya pasti sudah dipecat antara Oktober hingga Desember,” ujarnya kepada DAZN. Namun, manajemen City justru memberikan dukungan penuh dan bahkan memperpanjang kontraknya pada November lalu.
Perbandingan dengan Carlo Ancelotti juga diajukan Guardiola. Padahal Ancelotti sukses membawa Madrid meraih treble, tetapi tetap digantikan Xabi Alonso setelah gagal mempertahankan gelar. Hal ini semakin menguatkan pendapatnya tentang perbedaan kultur manajemen antara klub Inggris dan Spanyol.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
Musim Penuh Tantangan bagi Manchester City
Musim 2024/2025 menjadi periode tersulit Pep Guardiola bersama City. Tim yang biasa dominan di Liga Premier ini tertinggal 13 poin dari Liverpool dan harus puas di posisi ketiga. Performa buruk mencapai puncaknya antara Oktober-Desember dengan 9 kekalahan dalam 13 pertandingan.
Kegagalan juga terjadi di kompetisi lain. City tersingkir lebih awal dari Liga Champions dan Piala Carabao, serta dikalahkan Crystal Palace di final Piala FA. Hasil ini kontras dengan kesuksesan mereka di musim-musim sebelumnya yang selalu menjadi favorit juara.
Meski demikian, manajemen City menunjukkan kesetiaan yang luar biasa. Alih-alih memecat, mereka justru memberikan kontrak baru kepada Guardiola di tengah krisis. Sikap ini menjadi bukti kepercayaan jangka panjang klub terhadap filosofi pelatih asal Spanyol tersebut.
Baca Juga: Erik Ten Hag Incar Bintang MU Untuk Diboyong ke Bayer Leverkusen
Perbedaan Kultur Manajemen antara Inggris dan Spanyol
Guardiola menekankan perbedaan mendasar dalam menangani pelatih antara klub Inggris dan Spanyol. Menurutnya, klub-klub top La Liga cenderung lebih tidak sabar dan cepat mengambil keputusan drastis ketika hasil tidak memuaskan.
Sebagai contoh, Carlo Ancelotti yang baru saja sukses membawa Madrid meraih treble harus meninggalkan klub untuk melatih timnas Brasil. Padahal, pelatih Italia itu masih memiliki kontrak tersisa. Madrid kemudian langsung merekrut Xabi Alonso sebagai pengganti.
“Di Spanyol, kesabaran terhadap pelatih sangat rendah. Lihat saja kasus Ancelotti yang baru menang banyak gelar tapi tetap diganti,” kata Guardiola. Hal ini sangat berbeda dengan kepercayaan yang diberikan City kepadanya meski sedang dalam masa sulit.
Persiapan City Menghadapi Musim Depan
Manchester City telah menunjukkan komitmennya untuk bangkit dengan melakukan beberapa perekrutan penting. Rayan Ait-Nouri, Rayan Cherki, dan Tijjani Reijnders telah resmi bergabung untuk memperkuat skuad. Transfer ini diharapkan bisa mengembalikan performa tim ke level terbaiknya.
City dan Madrid akan segera bertemu di Piala Dunia Antarklub yang digelar mulai Sabtu mendatang. Kompetisi ini menjadi kesempatan bagi Guardiola untuk mengakhiri musim dengan trofi, sekaligus membuktikan bahwa kepercayaan manajemen City tidak salah tempat.
Dukungan penuh dari klub dan pemain menjadi modal penting bagi Guardiola untuk kembali ke jalur kemenangan. “Di sini (Inggris) kita harus lebih sabar,” pungkas pelatih berusia 53 tahun itu, menegaskan apresiasinya terhadap kultur sepak bola Inggris yang lebih memberikan ruang bagi pelatih untuk bekerja jangka panjang. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik goallintravel.com.