Pada Liga champions kemarin melawan Feyenoord, Manchester City lupa cara bertahan dan berhasil terkena comeback dengan hasil imbang 3-3.
Dalam beberapa pertandingan terakhir, tim asuhan Pep Guardiola ini menunjukkan kelemahan yang mencolok di lini belakang, yang berujung pada beberapa hasil mengecewakan. Dibawah ini GOAL IN TRAVEL akan membahas tentang Manchester City lupa cara bertahan hingga berakhir comeback.
Awal Musim yang Sulit
Musim 2024/2025 dimulai dengan harapan tinggi bagi Manchester City, yang berambisi meraih gelar Liga Premier kelima berturut-turut. Namun, perjalanan mereka tidak berjalan mulus. Sejak awal musim, City menunjukkan tanda-tanda kerentanan di lini belakang.
Pertandingan melawan Newcastle United yang berakhir imbang 1-1 menjadi salah satu contoh awal dari masalah defensif yang mulai muncul. Meskipun mereka masih mampu mencetak gol, pertahanan mereka sering kali terlihat rapuh dan mudah ditembus oleh serangan lawan.
Cedera yang dialami oleh beberapa pemain kunci seperti Ruben Dias dan John Stones semakin memperburuk situasi, memaksa Pep Guardiola untuk melakukan rotasi dan mencoba berbagai kombinasi pemain di lini belakang. Selain itu, ada penurunan intensitas dalam permainan mereka.
Tim yang biasanya dikenal dengan pressing tinggi dan agresif. Kini terlihat kurang bertenaga dan sering kali terlambat dalam menutup ruang gerak lawan. Masalah ini tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga pada moral tim.
Para pemain terlihat frustrasi dengan ketidakmampuan mereka untuk mempertahankan keunggulan dan sering kali kehilangan fokus di saat-saat krusial.
Guardiola, yang biasanya tenang dan penuh strategi, terlihat semakin sering menunjukkan ekspresi kecewa di pinggir lapangan. Dengan tantangan besar yang dihadapi, Manchester City harus segera menemukan solusi untuk memperbaiki performa defensif mereka dan kembali ke jalur kemenangan.
Pertandingan Melawan Feyenoord
Pertandingan melawan Feyenoord di Liga Champions menjadi puncak dari masalah defensif Manchester City musim ini. Dalam pertandingan tersebut, City unggul 3-0 berkat dua gol dari Erling Haaland dan satu gol dari Ilkay Gundogan. Namun, dalam 15 menit terakhir, mereka kebobolan tiga gol yang membuat mereka harus puas dengan hasil imbang 3-3.
Kesalahan individu dari Josko Gvardiol menjadi salah satu penyebab utama dari kebobolan tersebut, yang menunjukkan kurangnya konsentrasi dan koordinasi di lini belakang. Pada menit ke-75, Feyenoord berhasil mencetak gol pertama mereka melalui tendangan sudut yang tidak berhasil diantisipasi dengan baik oleh pertahanan City.
Gol kedua datang hanya lima menit kemudian, ketika kesalahan umpan dari lini tengah City dimanfaatkan dengan baik oleh penyerang Feyenoord. Gol penyeimbang terjadi pada menit ke-89, ketika Gvardiol gagal menghalau umpan silang yang kemudian diselesaikan dengan baik oleh pemain Feyenoord.
Pertandingan ini menunjukkan bahwa meskipun City memiliki kemampuan menyerang yang luar biasa, mereka masih memiliki kelemahan signifikan di lini belakang yang perlu segera diperbaiki.
Guardiola, yang biasanya tenang dan penuh strategi, terlihat semakin sering menunjukkan ekspresi kecewa di pinggir lapangan, menyadari bahwa timnya harus bekerja lebih keras untuk memperbaiki masalah defensif ini jika ingin bersaing di level tertinggi.
Baca Juga: Manchester City Cuma Menyerang Tanpa Memperhatikan Pertahanan
Analisis Kelemahan Defensif
Analisis kelemahan defensif Manchester City musim ini menunjukkan beberapa faktor utama yang berkontribusi pada penurunan performa mereka di lini belakang. Pertama, ada penurunan intensitas dalam permainan mereka. Tim yang biasanya dikenal dengan pressing tinggi dan agresif, kini terlihat kurang bertenaga dan sering kali terlambat dalam menutup ruang gerak lawan.
Hal ini memberikan kesempatan bagi lawan untuk mengeksploitasi celah di pertahanan City dan menciptakan peluang mencetak gol. Kedua, ada masalah dalam koordinasi dan komunikasi di antara para pemain belakang.
Kesalahan individu seperti yang terjadi pada Josko Gvardiol dalam pertandingan melawan Feyenoord menunjukkan bahwa ada kurangnya pemahaman dan kerja sama di lini belakang. Ketiga, cedera yang dialami oleh beberapa pemain kunci seperti Ruben Dias dan John Stones memaksa Pep Guardiola untuk melakukan rotasi dan mencoba berbagai kombinasi pemain di lini belakang, yang pada akhirnya mengganggu stabilitas tim.
Selain itu, kurangnya konsistensi dalam performa pemain juga menjadi faktor penting. Beberapa pemain sering kali tampil di bawah standar, membuat pertahanan City mudah ditembus oleh serangan lawan.
Guardiola perlu menemukan solusi untuk meningkatkan intensitas permainan, memperbaiki koordinasi dan komunikasi di lini belakang. Serta memastikan bahwa para pemain kunci tetap fit dan siap bermain. Dengan mengatasi masalah-masalah ini, Manchester City diharapkan dapat memperbaiki performa defensif mereka dan kembali bersaing di level tertinggi.
Dampak pada Tim
Dampak dari kelemahan defensif yang dialami Manchester City musim ini sangat terasa pada keseluruhan performa tim dan moral para pemain.
Ketidakmampuan untuk mempertahankan keunggulan dalam beberapa pertandingan penting telah menyebabkan hilangnya poin yang seharusnya bisa diraih, membuat posisi mereka di klasemen Liga Premier menjadi kurang menguntungkan.
Para pemain terlihat frustrasi dengan ketidakmampuan mereka untuk menjaga konsistensi di lini belakang. Yang sering kali berujung pada kebobolan gol di saat-saat krusial. Hal ini tidak hanya mempengaruhi hasil pertandingan, tetapi juga kepercayaan diri tim secara keseluruhan.
Guardiola dan staf pelatihnya harus segera menemukan solusi untuk mengatasi masalah ini, baik melalui peningkatan intensitas latihan, perbaikan koordinasi dan komunikasi di lini belakang, maupun dengan mendatangkan pemain baru yang dapat memberikan stabilitas yang dibutuhkan.
Dengan kerja keras dan dedikasi, diharapkan Manchester City dapat kembali menemukan performa terbaik mereka dan bersaing di papan atas Liga Premier serta kompetisi Eropa. Para penggemar tentu berharap bahwa tim kesayangan mereka dapat segera bangkit dan menunjukkan bahwa mereka masih merupakan salah satu tim terbaik di dunia.
Upaya Perbaikan
Pep Guardiola tentu tidak tinggal diam melihat situasi ini. Dalam beberapa sesi latihan terakhir, ia fokus pada peningkatan koordinasi dan komunikasi di lini belakang. Guardiola juga menekankan pentingnya intensitas dan pressing tinggi yang menjadi ciri khas permainan mereka.
Selain itu, ia juga mencoba berbagai formasi dan strategi untuk menemukan kombinasi terbaik di lini belakang. Salah satu langkah yang diambil adalah mengembalikan Manuel Akanji ke posisi gelandang bertahan. Sebuah peran yang pernah ia coba sebelumnya dengan hasil yang beragam.
Guardiola percaya bahwa dengan menempatkan Akanji di posisi ini, tim dapat memperoleh kembali kontrol di lini tengah dan mengurangi jumlah serangan balik yang mereka hadapi.
Upaya perbaikan ini juga mencakup peningkatan kebugaran fisik dan mental para pemain. Memastikan bahwa mereka siap menghadapi intensitas tinggi di setiap pertandingan.
Dengan kerja keras dan dedikasi, Guardiola yakin bahwa timnya dapat mengatasi tantangan ini dan kembali menunjukkan performa terbaik mereka di Liga Premier dan kompetisi Eropa. Para penggemar tentu berharap bahwa upaya perbaikan ini akan membawa hasil positif dan mengembalikan Manchester City ke jalur kemenangan.
Kesimpulan
Manchester City saat ini berada dalam masa sulit dengan masalah defensif yang mencolok. Pertandingan melawan Feyenoord menjadi contoh nyata dari kelemahan mereka di lini belakang, yang berujung pada hasil imbang yang mengecewakan.
Demikian berita sepak bola terbaru mengenai Manchester City lupa cara bertahan hingga berakhir comeback. Ikuti terus berita terupdate mengenai Sepak Bola yang dibahas secara detail dan lengkap lainnya ya!